Govt plans to improve terms for oil drilling February 16, 2006
The Jakarta Post – 2006-02-16 11:43:08
Bloomberg, Jakarta
February 16, 2006
Bloomberg, Jakarta
February 16, 2006
Indonesia, Southeast Asia’s biggest oil producer, plans to give international energy companies more favorable terms in exploration contracts to attract investors and reverse a decline in output, Purnomo Yusgiantoro said today.
Companies won’t be required to drill wells should the seismic survey find no potential in the area, Purnomo told reporters. Under the current so-called production sharing contract with the government, companies must do seismic surveys and drill at the site regardless of the area’s potential.
“In future contracts, we won’t put drilling as part of commitment in exploration,” Purnomo said in Jakarta.
“Companies can decide themselves whether they want to continue with drilling based on the survey. It will give more flexibility to the contractors.”
Indonesia, with the second-lowest output among members of the Organization of Petroleum Exporting Countries, is seeking new reserves to replace aging fields and increase production. Investment in drilling for oil and gas fell by more than half in 2004. The country plans to invite bids for 28 oil and gas exploration areas later this month, Purnomo said.
Indonesia may also allow energy companies to explore in remote areas for the first time, using proceeds from their oil- and gas-producing units elsewhere in Indonesia, Kardaya Warnika, chairman of the state oil regulator BPMigas said today.
Indonesia has 60 hydrocarbon basins, only half of those have been explored. Most of the untapped basins are located in eastern Indonesia, where lack of infrastructure has hampered transportation and business activities.
Geologists estimate the nation’s potential resources at 77 billion barrels of oil and 332 trillion cubic feet of natural gas, according to the Ministry of Energy and Mineral Resources. The country pumped 1.061 million barrels a day of crude oil and condensate last year, missing its target of 1.075 million barrels a day, Kardaya said.
Indonesia currently gets 70 percent of the revenue from gas fileds while companies such as Unocal Corp, Exxon Mobile Corp. and Total SA get 30 percent.
MINAT PEMBELI PRODUK INDONESIA TETAP TINGGI February 15, 2006
Press Release
TRANSAKSI POTENSIAL DARI PPE 2005 MENCAPAI US$ 140 JUTA
Jakarta, 10 Oktober 2005 – Para eksportir Indonesia—termasuk dari kalangan UKM—yang berkiprah dalam Pameran Produk Ekspor (PPE) 2005 sejak tanggal 5 sampai dengan 9 Oktober 2005 akhirnya menutup stands mereka di hari terakhir dengan senyum dan segudang optimisme bahwa produk Indonesia tetap digandrungi pembeli asing.
PPE ke-20 tahun 2005 yang dikomandoi oleh Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) Departemen Perdagangan dan dilaksanakan di areal Pekan Raya Jakarta ini dikunjungi oleh sekitar 4.000 pembeli yang dapat dikategorikan sebagai pembeli asing, serta sekitar 10.000 orang pengunjung. Hal menarik untuk dicatat adalah bahwa pembeli asing yang melakukan pre-registration—mendaftarkan diri untuk datang beberapa bulan dan minggu sebelum pameran digelar—tetap mengunjungi PPE meskipun beberapa hari sebelum pembukaan terjadi insiden bom Bali. Juga menarik untuk digarisbawahi, bahwa pengunjung yang datang tanpa pre-registration jauh lebih banyak jumlahnya, yang mengindikasikan bahwa kelompok ini sudah mengetahui agenda PPE yang diadakan setiap tahun dan kemungkinan sebagian di antaranya merupakan pengunjung tetap.
Pembeli dalam jumlah besar datang dari Spanyol—sekitar 250 orang—disusul Turki, Yunani, Inggris, Australia dan negara lainnya, termasuk beberapa negara dari benua Afrika seperti Sudan, Kenya, UEA, dan Ethiopia. Apabila pada PPE 2004 transaksi potensial yang dapat dicatat mencapai US$ 107 juta, maka pada PPE 2005 ini pihak penyelenggara mencatat bahwa transaksi potensialnya mencapai US$ 140 juta. Hasil pendataan sementara menunjukkan bahwa furniture dan garment merupakan produk yang mengalami nilai transaksi paling tinggi, disusul produk plastik, elektronika, serta produk lainnya.
Mungkin tidak berlebihan harapan yang dikemukakan oleh Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu saat pembukaan bahwa “Pameran Produk Ekspor kali ini pun selain ditujukan untuk lebih memperkenalkan produk-produk berkualitas ekspor juga dimaksudkan untuk membangun citra Indonesia di mata internasional.” PPE kali ini memang semakin kental dengan ke-Indonesia-annya. Produk-produk yang dipamerkan merupakan yang terbaik di antara yang terbaik, dengan sentuhan-setuhan khas Indonesia namun tetap menyandang kualitas kelas dunia. Hal ini terlihat antara lain pada produk-produk furniture, outdoor accessories, dan produk kerajinan yang banyak ditawarkan oleh UKM Indonesia. Kelompok produk lainnya, seperti glassware, plasticware, produk kulit, keramik, dan produk makanan-minuman juga sarat dengan muatan Indonesianya. Tak pelak, PPE kali ini juga menjadi jendela bagi pengunjung asing untuk mengetahui potensi bisnis guna melakukan investasi di Indonesia.
Diikuti oleh 1.302 peserta yang menempati 1.330 stand, PPE digelar di areal seluas 26.985 m2 yang terbagi ke dalam Hall A, B, C, D, E, F, dan arena terbuka. Rhenald Kasali, Staf Khusus Menteri Perdagangan yang merangkap Koordinator Pelaksana Harian Kepala BPEN menyatakan bahwa “PPE merupakan wujud konsistensi BPEN dalam menyediakan ajang promosi berskala internasional bagi produk-produk unggulan Indonesia dalam rangka meningkatkan ekspor, serta membangun jaringan bisnis dan memperluas pangsa pasar.”
Kegiatan PPE kali ini memberi perhatian khusus pada upaya peningkatan daya saing dan penguasaan informasi pasar. Dalam konteks ini, maka sejumlah kegiatan diadakan secara paralel dengan kegiatan pameran. Kegiatan dimaksud adalah:
- Penganugerahan Penghargaan Primaniyarta yang dilakukan oleh Presiden R.I. Susilo Bambang Yudhoyono saat pembukaan. Penghargaan ini diberikan kepada 16 eksportir yang terbagi ke dalam tiga kategori, yakni (1) pembangun merk global, (2) eksportir berkinerja, dan (3) UKM eksportir.
- Penganugerahan Indonesia Good Design Selection Award kepada 69 produk.
- Forum Ekspor yang membahas tema ”Peningkatan Daya Saing Produk Ekspor Non-Migas dalam Memasuki Pasar Internasional” dengan menghadirkan pembicara Raden Pardede dan Haryanto Patunru serta dua perusahaan yang sukses dalam merambah pasar dunia, yakni PT Formcase dan PT Asih Pujiastuti.
- One-to-One Consultation, di mana peserta pameran berkesempatan untuk berkonsultasi langsung dengan 21 pejabat Atase Perdagangan, delapan orang Kepala Bidang Ekonomi Kedutaan Besar RI, dan enam orang Kepala Indonesian Trade Promotion Centers.
Sementara PPE 2005 dapat dikatakan cukup berhasil baik dari segi penyelenggaraan maupun transaksi potensial, tugas-tugas besar berikutnya telah menghadang dan merupakan pekerjaan rumah yang harus segera ditangani. Tugas-tugas ini antara lain adalah memenuhi kontrak dan menepati delivery time bagi peserta yang mendapatkan kontrak jual-beli dalam pameran ini, dan memposisikan Indonesia secara lebih baik dalam kancah perdagangan dunia. Hal terakhir ini dapat dimulai misalnya dengan meningkatkan kemampuan berkomunikasi, memenuhi standar wajib maupun sukarela, memenuhi dan mengikuti selera konsumen, menepati waktu pengiriman, menawarkan reasonable prices, mengembangkan unit atau divisi research and development untuk meningkatkan kemampuan standar dan desain, serta upaya-upaya lainnya.
Seperti diungkapkan oleh Rhenald Kasali, PPE 2006 rencananya masih akan tetap mempertahankan konsep “multi product, multi resource”. Pelaksanaannya juga pada bulan Oktober meskipun tanggal pastinya baru akan ditentukan kemudian.
Biro Umum dan Humas Departemen Perdagangan RI
Telp./Fax: +62 21 385 8213
SIARAN PERS DEPARTEMEN PERDAGANGAN R.I. Tidak ada yang dapat menyangkal bahwa UKM Indonesia menyimpan potensi ekonomi yang sangat besar. Berdasarkan data BPS, jumlah UKM mencapai 42,39 juta unit atau sekitar 99% dari total unit usaha yang tercatat pada tahun 2003, dan mampu menyerap 79 juta atau mendekati 99% dari total angkatan kerja yang bekerja. Sementara peranan UKM terhadap PDB pada tahun 2003 baru mencapai 12,45% (untuk usaha kecil) dan 2,98% (untuk usaha menengah). Berangkat dari premis bahwa UKM Indonesia dapat menjadi tulang punggung perekonomian yang tangguh bila terus dibina dan dikembangkan, maka mulai tanggal 21 s/d 23 November 2005 Pusat Dagang Kecil dan Menengah (PDKM) Departemen Perdagangan akan menggelar DIKLAT khusus bagi UKM. Saat ini telah terdaftar UKM dari 29 provinsi untuk mengikuti DIKLAT yang akan diselenggarakan di Gedung Pusat Pelatihan Ekspor Indonesia (PPEI), Jalan Letjen S. Parman, Jakarta Barat ini. Para pelaku UKM dari berbagai daerah akan mendapatkan pendidikan dan pelatihan mengenai kewirausahaan, promosi, teknologi informasi, dan skema kredit perbankan. Untuk memberikan bobot pada DIKLAT ini, Pusat Dagang Kecil dan Menengah DEPDAG berhasil menggandeng tokoh dan perusahaan terkemuka untuk membagi pengetahuan dan pengalamannya kepada UKM. Mereka antara lain ahli pemasaran Renald Kasali, retail modern Carrefour, Makro, dan Indomaret, konsultan pemasaran Musani Asbi, pembuat tepung terigu Bogasari, dan Asto-JEPE Handicraft.
Dalam kesempatan DIKLAT ini akan ditandatangani pula Nota Kesepemahaman (MOU) antara PDKM dengan Indomaret untuk kerjasama di bidang akses pasar, dan dengan PT BRI dan dengan Bank Permata untuk kerjasama penyaluran kredit perbankan bagi UKM.
Kegiatan DIKLAT yang dibuka oleh Sekretaris Jenderal DEPDAG Hatanto Reksodipoetro ini akan dilanjutkan pada tanggal 24 November 2005 dengan acara Forum Temu Usaha di Hotel Mercure, Jalan Letjen S. Parman Kav. 3. Dalam acara ini UKM peserta DIKLAT akan mendapat kesempatan melakukan peragaan produk, berkonsultasi dengan pelaku perbankan yang diwakili oleh Bank Mandiri, BRI dan Bank Permata, serta berdialog dengan peritel modern Carrefour, Makro dan Indomaret bersama Pusat Koperasi Pasar (PUSKOPPAS).
PDKM, yang merupakan unit organisasi yang baru terbentuk setelah pemisahan Departemen Perindustrian dan Perdagangan menjadi dua departemen, antara lain bertugas untuk memberikan bimbingan dan memfasilitasi kemitraan usaha dengan UKM. Sesuai tugasnya ini, maka pada tanggal 29 November 2005 bertempat di Hotel Treva, Jalan Menteng Raya No. 33 Jakarta Pusat, PDKM juga akan menggelar Temu Usaha Pengembangan UKM Pangan dan Garmen melalui Kemitraan dengan PUSKOPPAS DKI Jakarta, PT Sarinah, Modern Market, dan Perbankan.
Biro Umum dan HUMAS DEPDAG
Jakarta, 21 November 2005
KINERJA SEKTOR PERDAGANGAN TAHUN 2005 DAN RENCANA STRATEGIS TAHUN 2006 February 15, 2006
DEPARTEMEN PERDAGANGAN R.I.
Jl. M.I. Ridwan Rais Nomor 5, Jakarta Pusat 10110
Telp. 384-1961; 385-8171 s/d 5
EXECUTIVE SUMMARY
KINERJA SEKTOR PERDAGANGAN TAHUN 2005
DAN RENCANA STRATEGIS TAHUN 2006
Tahun 2005 telah kita lewati bersama dengan rasa syukur bahwa berbagai tantangan di tahun 2005 telah kita lampaui. Meskipun demikian, ada sejumlah catatan yang dapat dipetik sebagai pelajaran untuk melakukan berbagai pembenahan, peningkatan dan penyempurnaan di tahun 2006 ini. Seperti halnya sektor-sektor lain, maka sektor perdagangan juga menghadapi berbagai tantangan pada tahun 2005 yang lalu. Hal ini dapat bila dipahami bahwa sektor perdagangan tidak berkembang dalam sebuah ”vacuum” dan bebas dari pengaruh perkembangan di sektor-sektor lainnya. Kenaikan harga BBM dan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada tahun 2005, misalnya, cukup berpengaruh pada berbagai kegiatan di sektor perdagangan, baik perdagangan dalam negeri maupun perdagangan luar negeri.
EKSPOR – IMPOR
Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi pada tahun 2005, sektor perdagangan mencatatkan sejumlah pencapaian yang dapat menjadi modal untuk mewujudkan kinerja yang lebih baik pada tahun 2006 ini. Total ekspor Indonesia untuk periode Januari—Nopember 2005 meningkat sebesar 18,98% dibanding periode yang sama tahun 2004, yakni dari $ 64,96 milyar menjadi $ 77,29 milyar. Untuk ekspor non-migas, maka kenaikan yang dialami untuk periode Januari-Nopember mencapai 18,26% yakni dari $ 50,65 milyar di tahun 2004 menjadi $ 59,9 milyar di tahun 2005.
Kenaikan nilai ekspor non-migas periode Januari-Nopember 2005 dibanding periode yang sama tahun 2004 ini antara lain dipacu oleh kenaikan nilai ekspor kelompok produk mesin/peralatan mesin; lemak dan minyak hewan dan nabati; bahan bakar mineral (batubara); karet dan barang dari karet; bijih, kerak dan abu logam; pakaian jadi non-rajutan; barang-barang rajutan; bubur kayu/pulp.
Secara kumulatif hingga Nopember 2005, Uni Eropa merupakan negara tujuan ekspor non-migas terbesar dengan nilai $ 9,19 milyar dan peran terhadap total ekspor non-migas Indonesia sebesar 15,35%, disusul Jepang dengan nilai $ 8,71 milyar dengan peran 14,54%. Pasar ekspor non-migas terbesar ketiga adalah Amerika Serikat dengan nilai $ 8,58 milyar dengan peran 14,32% disusul Singapore dengan nilai $ 6,40 milyar dan peran 10,69%.
Sementara itu nilai total impor pada periode Januari-Nopember 2005 meningkat sebesar 26,80% dibanding periode yang sama tahun 2004, yakni dari $ 41,55 milyar menjadi $ 52,69 milyar. Dari total impor tersebut, maka impor migas mengalami kenaikan sebesar 52,59% (dari $ 10,53 milyar menjadi $ 16,10 milyar), sementara impor non-migas naik sebesar 18,04% (dari $ 31,02 milyar menjadi $ 36,61 milyar).
Hal menarik dari peningkatan nilai impor di tahun 2005 lalu adalah bahwa peningkatan terbesar dialami oleh impor barang modal sebesar 30,65%; disusul bahan baku
penolong sebesar 26,34%; baru disusul oleh barang konsumsi sebesar 24,66%. Hal ini sejalan dengan terjadinya kenaikan invetasi yang cukup tinggi pada tahun 2005, baik untuk PMDN maupun PMA.
INVESTASI
Realisasi investasi selama periode Januari-Nopember 2005 baik untuk PMDN maupun PMA mengalami kenaikan, masing-masing sebesar 98,37% dan 136,43% dibandingkan periode yang sama tahun 2004. Dengan demikian nilainya masing-masing mencapai Rp. 26.906,2 milyar dan US$ 8.677,9 juta.
Realisasi PMDN yang tertinggi selama periode Januari-Nopember 2005 dialami oleh sektor sekunder dengan nilai Rp. 19.373,8 milyar, diikuti oleh sektor tersier senilai Rp. 4.231,4 milyar dan sektor primer senilai Rp. 3.301 milyar. Khusus di sektor sekunder, maka realisasi PMDN tertinggi dicatat oleh industri kertas dan percetakan (Rp. 9.637,2 milyar) disusul industri makanan (Rp. 3.616,9 milyar), industri kimia dan farmasi (Rp. 1.789,4 milyar), dan industri tekstil (Rp. 1.615,3 milyar).
Realisasi PMA yang tertinggi selama periode Januari-Nopember 2005 dicatat oleh sektor tersier dengan nilai US$ 4.928,4 juta, disusul sektor sekunder senilai US$ 3.361,3 juta dan sektor primer senilai US$ 388,2 juta. Realisasi PMA di sektor tersier terutama terkonsentrasi pada industri transportasi, pergudangan dan komunikasi dengan total nilai US$ 2.927,2 juta, disusul oleh konstruksi senilai US$ 896,1 juta, perdagangan dan reparasi senilai US$ 357,5 juta serta hotel dan restauran senilai US$ 180,3 juta.
KINERJA KEBIJAKAN
Departemen Perdagangan menyadari bahwa sektor perdagangan merupakan salah satu motor penggerak utama perekonomian nasional. Oleh sebab itu, pada tahun 2005 telah ditempuh berbagai langkah penyempurnaan dan penanggulangan di berbagai bidang, di samping pelaksanaan program-program rutin Departemen Perdagangan.
Di bidang perdagangan dalam negeri, berbagai langkah telah ditempuh antara lain untuk kelancaran penyaluran barang-barang kebutuhan pokok masyarakat seperti beras dan gula dalam jumlah cukup dan tingkat harga yang terjangkau. Upaya juga ditempuh untuk kelancaran distribusi di daerah terisolasi, perbatasan, terpencil dan daerah pasca-bencana, antara lain dengan membangun 41 pasar dan menyediakan 4.800 tenda pasar darurat di NAD, Nias, Alor, Nabire dan Maluku. Upaya juga ditempuh untuk mengawasi barang-barang yang beredar dan memberikan perlindungan kepada konsumen. Upaya ini tentu memerlukan kerjasama yang baik dari departemen atau instansi terkait .
Di bidang perdagangan luar negeri, sejumlah langkah juga telah ditempuh Departemen Perdagangan guna mewujudkan iklim usaha yang lebih kondusif dan memungkinkan pemanfaatan potensi sumber daya nasional secara optimal bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kebijakan ini antara lain menyangkut komoditi rotan, maniok, perak, produk perikanan, intan kasar, produk kayu, kakao, gula, cakram optik, barang modal dalam keadaan bukan baru, kendaraan bermotor bukan baru, dan garam.
Upaya juga ditempuh untuk memfasilitasi dan mengadministrasi kegiatan ekspor dan impor secara lebih baik, di samping melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap barang impor yang harus diawasi khususnya dari aspek mutu.
Sejalan dengan semakin meluas dan mendalamnya kerjasama antar negara di bidang perdagangan, maka perhatian khusus juga diberikan kepada kerjasama perdagangan internasional, baik melalui forum bilateral, regional maupun multilateral. Kerjasama bilateral telah semakin diintensifkan melalui pertemuan tingkat tinggi antara pejabat Indonesia dengan pejabat tinggi negara-negara sahabat seperti Pakistan, India, Korea Selatan, Jepang, Uni Eropa, Mesir, Iran, Turki, Afrika Selatan, Amerika Serikat, Australia dan RRT. Dalam forum kerjasama regional, Indonesia juga memainkan peran yang lebih aktif antara lain dalam kerangka kerjasama ASEAN dan APEC.
Sementara dalam konteks multilateral, Indonesia secara pro-aktif telah ikut memainkan peran kunci dalam perkembangan pembahasan Doha Development Agenda. Indonesia antara lain menjadi koordinator kelompok negara anggota WTO yang bergabung dalam G-33 untuk memperjuangkan konsep Special Products dan Special Safeguard Mechanism. Dalam posisinya sebagai koordinator G-33 ini, Indonesia juga berperan aktif membangun aliansi dengan kelompok negara berkembang anggota WTO yang tergabung dalam G-20. Sementara itu kerjasama multilateral lainnya juga tidak luput dari partisipasi aktif Indonesia, seperti International Tripartite Rubber Council, International Pepper Community, dan Asian and Pacific Coconut Community. Hal yang tidak dapat dilewatkan adalah bahwa melalui berbagai forum kerjasama ini, Indonesia mendapatkan sejumlah bantuan dalam rangka “capacity building.”
Selain meningkatkan kerjasama dalam lingkup bilateral, regional dan multilateral tersebut, Departemen Perdagangan juga aktif membantu para eksportir yang produknya dikenai tuduhan dumping atau menghadapi ancaman safeguard di negara tujuan ekspor. Beberapa produk yang menghadapi tuduhan dumnping antara lain adalah lined paper school supplies, kain tenun dari benang filamen, PET resin, clear float glass, polyester staple fiber, oil filter, laminated parquet, polyester filament yarn, dan caustic soda.
Upaya-upaya intensif dan agresif juga telah dilakukan sepanjang tahun 2005 dalam rangka pengembangan ekspor. Indonesia antara lain telah menggelar Solo Exhibitions di Sharjah dengan nilai transaksi US$ 1,7 juta, dan di Beijing dengan transaksi dagang senilai US$ 57,9 juta dan kerjasama investasi senilai US$ 210 juta. Indonesia juga berpartisipasi di 60 pameran luar negeri dengan total transaksi mencapai US$ 324,6 juta. Di dalam negeri, Pameran Produk Ekspor ke-20 berhasil mendatangkan buyers sebanyak 2.278 orang dari 99 negara dan menghasilkan transaksi senilai US$ 140 juta. Untuk dapat lebih menggali potensi ekspor daerah, Departemen Perdagangan bekerjasama dengan PEMDA Provinsi dan JICA juga telah mengembangkan pelatihan melalui Pusat Pelatihan dan Promosi Ekspor Daerah (P3ED) di empat daerah (Surabaya, Medan, Makassar dan Banjarmasin).
Perhatian khusus juga diberikan pada pengembangan perdagangan berjangka komoditi dan pasar lelang. Pada tahun 2005 lalu antara lain telah dikembangkan Sistem Perdagangan Alternatif (SPA), penyampaian RUU Sistem Resi Gudang kepada DPR-RI, serta peresmian pasar lelang untuk produk pertanian, perikanan, perkebunan dan industri agro di emnpat lokasi yakni Bali, Mataram, Padang dan Jambi.
Informasi selengkapnya mengenai pencapaian di sektor perdagangan pada tahun 2005 serta prospek perdagangan dan investasi di tahun 2006 dapat diperiksa pada dokumen siaran pers yang telah didistribusikan. Harapan Departemen Perdagangan adalah agar pencapaian yang telah diraih pada tahun 2005 dapat kita tingkatkan dan berbagai kekurangan dapat kita perbaiki. Ini semua memerlukan kerja keras dan kerjasama dari semua pihak agar Indonesia dapat melalui tahun 2006 dengan selamat dan kinerja yang lebih baik dari sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar